Untuk Timnas Indonesia Simon Tahamata Bakal Bekerja Maksimal

Untuk Timnas Indonesia Simon Tahamata MPOID Bakal Bekerja Maksimal. Polemik seputar kepindahan legenda Ajax Amsterdam, Simon Tahamata, ke dalam struktur Tim Nasional Indonesia kembali mencuat setelah laporan media Belanda VoetbalPrimeur mengabarkan bahwa pria berdarah Maluku ini akan dipercayakan tugas mencari bakat untuk PSSI. Berita ini langsung memicu beragam respons, mulai dari antusiasme publik hingga bantahan resmi dari Ketua Badan Tim Nasional (BTN) PSSI.
Rekam Jejak dan Peran di Ajax Amsterdam
Lahir pada 26 Desember 1956 di Tiel, Belanda, Simon Tahamata mengawali karier profesionalnya bersama FC Den Bosch sebelum mencapai puncak popularitas bersama Ajax Amsterdam pada era 1970-an hingga awal 1980-an. Tahamata dikenal sebagai winger lincah dengan visi permainan yang tajam, membawa Ajax meraih berbagai gelar domestik. Setelah pensiun sebagai pemain, Tahamata beralih menjadi pengembang talenta muda di akademi Ajax.
Pada periode 2004–2009, kemudian kembali pada 2014–2024, Tahamata memimpin pengembangan bibit unggul melalui skema pembinaan di tingkat junior. Ia menjadi sosok kunci di balik munculnya sejumlah nama potensial yang kemudian menembus tim utama Ajax. Perannya dianggap sangat strategis dalam memetakan profil pemain muda, mulai dari aspek fisik hingga karakter mental di lapangan. Untuk Timnas Indonesia Simon
Rumor dan Aspirasi Kembali ke Ajax
Pada awal Maret 2024, Simon Tahamata memutuskan mundur dari tugasnya di Ajax dan melangkah ke Berlin untuk mendirikan Deutsche Football Academy. Langkah ini menandai babak baru perjalanan kariernya, yang membawa pengalaman internasional sekaligus pendekatan pembinaan berbeda. Namun, VoetbalPrimeur mengungkapkan bahwa Tahamata masih menyimpan harapan pulang ke Ajax suatu saat nanti. Sayangnya, hingga saat ini tidak ada indikasi konkrit yang mengarah ke kembalinya ia ke Belanda.
Di tengah kabar tersebut, muncul sebaran informasi bahwa PSSI memanfaatkan kesempatan ini dengan merangkul Tahamata untuk memperkuat fondasi pencarian pemain muda Indonesia. Laporan yang sama menegaskan bahwa pria berusia 68 tahun ini akan fokus memantau dan merekrut talenta—baik yang berada di tanah air maupun keturunan Indonesia di luar negeri, termasuk Belanda. Proses ini dianggap sesuai dengan visi jangka panjang PSSI menjelang putaran kualifikasi Piala Dunia 2026.
Tugas Baru Mencari Bakat Sepakbola Indonesia
Jika kabar ini benar, tugas utama Tahamata akan melibatkan pemetaan potensi talenta lokal—dari Sabang hingga Merauke—serta identifikasi pemain keturunan di Eropa. Langkah ini tidak semata-mata mencari fisik dan teknik, tetapi juga menilai kesiapan mental serta adaptasi budaya yang akan menentukan keberhasilan mereka di level internasional. Di Belanda, misalnya, Simon diperkirakan bakal menjalin komunikasi dengan klub-klub amatir dan akademi sepak bola yang menaungi anak-anak Indonesia diaspora.
Pengalaman panjang Tahamata bersama Ajax menjadi salah satu modal kuat. Ia dikenal mampu membangun jejaring dengan klub, agen, dan pelatih lokal. Metode scouting yang diterapkannya selama puluhan tahun di Belanda pun dianggap relevan untuk menumbuhkan bibit unggul di Indonesia, yang selama ini masih menghadapi tantangan infrastruktur dan pembinaan di usia dini.
Respons PSSI dan Kalender Menuju Piala Dunia 2026
Meski kabar keterlibatan Simon Tahamata telah beredar luas, PSSI sampai detik ini belum mengeluarkan pernyataan resmi. Malah, Ketua BTN PSSI, Sumardji, memberikan bantahan melalui CNN Indonesia, menegaskan bahwa belum ada kesepakatan apa pun dengan sosok yang pernah membawa namanya melambung di kancah sepak bola Eropa itu.
Penolakan atau klarifikasi PSSI menjadi langkah yang wajar, mengingat setiap perekrutan manajerial asing sampai melibatkan legenda sekelas Tahamata tentu memerlukan proses negosiasi dan persetujuan tingkat tinggi. Apalagi, PSSI tengah sibuk menyusun strategi menjelang putaran kualifikasi Piala Dunia 2026 yang bakal dimulai pada pertengahan 2025. Desakan publik untuk memperbaiki performa Timnas Indonesia di arena global menuntut adanya kredit kepercayaan terhadap figur-figur dengan pengalaman internasional. Untuk Timnas Indonesia Simon
Potensi dan Tantangan ke Depan
Dalam perspektif yang lebih luas, keterlibatan Simon Tahamata—jika terealisasi—bisa menjadi angin segar bagi sepak bola Indonesia. Pendekatan scouting terukur dan jejaring luas di Eropa diharapkan membantu menemukan pemain-pemain muda berbakat, termasuk mereka yang lahir atau besar di Belanda namun memiliki keturunan Indonesia. Model pengembangan ini serupa yang selama puluhan tahun dijalankan Ajax: menanamkan filosofi klub dan mental juara sejak usia dini. Namun, tantangan terbesarnya adalah mentransfer pengetahuan dan metode tersebut ke dalam kultur sepak bola Indonesia yang masih harus diperkuat sisi infrastruktur akademi dan pelatihan.
Di sisi lain, publik juga mengingat rentetan kegagalan Timnas Indonesia di level kualifikasi dan regional dalam satu dekade terakhir. Oleh karena itu, harapan muncul bahwa sosok berpengalaman seperti Tahamata mampu memberi perspektif baru—tentang cara merekrut pemain keturunan, membangun sistem latihan, hingga menyelaraskan standar kompetisi domestik dengan standar Eropa. Namun, semua itu baru akan terjawab setelah PSSI secara resmi membuka pintu kerja sama dan menegaskan perannya di dalam tim pelatih maupun struktur pembina.
Kesimpulan
Hingga kabar resmi dari PSSI keluar, publik hanya bisa berspekulasi. Namun, rumor tentang Simon Tahamata bergabung dengan Timnas Indonesia telah memunculkan harapan sekaligus tanda tanya besar. Harapan itu berkisar pada peningkatan kualitas basis pemain muda dan perekrutan talenta di luar negeri. Sementara tanda tanya masih seputar kesiapan organisasi PSSI untuk memfasilitasi dan mengintegrasikan model pembinaan ala Eropa. Pada akhirnya, langkah konkrit PSSI-lah yang akan menentukan apakah citra besar ini akan menjadi kenyataan atau sekadar wacna belaka.
Dengan dinamika yang terus berkembang, publik pun terus menantikan pernyataan resmi PSSI. Jika memang Simon Tahamata benar akan dihadirkan sebagai pioner pencari bakat, maka momentum menuju putaran kualifikasi Piala Dunia 2026 harus dimanfaatkan sebaik mungkin.