Bakal Pecat Ange Postecoglou? Tottenham Hotspur

MPOID Bakal Pecat Ange Postecoglou? Tottenham Hotspur. Tottenham Hotspur saat ini berada dalam sorotan media Inggris dan internasional terkait masa depan manajer mereka, Ange Postecoglou. Kabar yang mulai beredar menyebut bahwa dewan klub akan mengambil keputusan penting pekan depan mengenai status pelatih asal Australia tersebut setelah melewati satu musim yang penuh liku.
Latar Belakang Penunjukan dan Harapan Awal
Ketika Tottenham Hotspur mengumumkan kedatangan Ange Postecoglou pada musim panas tahun lalu, banyak pihak—baik suporter maupun pengamat—menaruh harapan tinggi. Postecoglou datang dengan reputasi mengusung futbol ofensif, penuh energi, dan disiplin taktik yang dianggap cocok untuk membangkitkan kembali kejayaan Spurs. Musim lalu, ekspektasi mengusung tiket Liga Champions dan minimal mampu menyaingi rival sekota menjadi gambaran misi yang diemban sang pelatih.
Namun, harapan itu perlahan terkikis seiring perjalanan musim. Tottenham yang sempat tampil menjanjikan di awal kompetisi Premier League, akhirnya mengalami inkonsistensi hasil. Rekor kemenangan dan kekalahan yang silih berganti sempat menimbulkan kebingungan publik. Apalagi, transfer pemain yang dibawa Postecoglou sebagian belum tuntas menyesuaikan diri, sementara puluhan juta poundsterling dipertaruhkan untuk membangun skuad yang lebih kompetitif.
Kinerja di Premier League: Terpuruk di Peringkat 17
Sepanjang musim 2024–2025, Tottenham hanya mampu mengumpulkan 38 poin dari 38 laga Premier League. Hasil ini menempatkan mereka di peringkat 17 klasemen, satu strip di atas zona degradasi. Pencapaian ini menjadi yang terburuk dalam 48 tahun terakhir bagi klub—sejak musim 1976–1977. Selang beberapa dekade, reputasi Tottenham sebagai “klub papan atas” praktis terkoyak.
Kendati sempat menang atas Manchester United di fase awal kompetisi, performa Spurs justru kian merosot pada paruh kedua musim. Kemenangan penting atas rival kuat seperti Arsenal dan Chelsea sempat memunculkan harapan kecil, namun kerentanan saat menghadapi tim-tim kasta tengah hingga bawah membuat poin-poin krusial hilang begitu saja. Dari sisi taktik, Postecoglou yang kerap bermain dengan formasi menyerang 4-3-3 justru kerap kebobolan banyak gol, meski serangan balik yang ia gencarkan sempat menjadi senjata andalan di beberapa laga.
Kebangkitan di Liga Europa: Trofi yang Menghapus Dahaga Gelar
Berbeda dengan kisah getir di kompetisi domestik, Tottenham justru berjaya di panggung Eropa. Di ajang Liga Europa musim ini, Son Heung-min dkk. berhasil menembus partai final dan mengalahkan Manchester United untuk merengkuh trofi juara. Kemenangan tersebut menjadi gelar pertama Spurs dalam kurun 17 tahun—sejak terakhir kali mengangkat trofi Piala Liga pada 2008. Bakal Pecat Ange Postecoglou
Di final yang digelar di stadion neutral beberapa pekan lalu, kolektivitas tim terlihat meningkat. Gol-gol krusial, termasuk eksekusi penalti yang tenang, menegaskan bahwa Postecoglou mampu menanamkan semangat juang. Namun, di balik euforia juara, muncul pertanyaan: mengapa performa gemilang di Eropa tak sejalan dengan kiprah di liga utama? Apakah fokus pada satu kompetisi mengorbankan kesempatan di kompetisi lain? Ini menjadi pertanyaan yang terus digaungkan pengamat sepak bola Inggris.
Tekanan Petinggi Klub dan Dukungan Internal Pemain
Sejak awal rundingan musim ini, petinggi klub—termasuk ketua eksekutif Daniel Levy—telah menekankan target meraih tiket Liga Champions dan konsistensi prestasi. Hasil di liga yang memble menimbulkan kekhawatiran bahwa investasi besar dalam skuat tidak sepadan dengan pencapaian. Desakan untuk segera melakukan perombakan taktik hingga komposisi pemain mulai muncul di ruang rapat manajemen.
Meski begitu, dalam keseharian tim, sejumlah pemain disebut masih mendukung sang pelatih. James Maddison, yang menjadi andalan di lini tengah, dan Cristian Romero, bek tangguh asal Argentina, terang-terangan menilai bahwa Postecoglou telah membawa visi positif dan semangat baru. Maddison sempat menyatakan bahwa meskipun hasil di liga buruk, suasana latihan yang kompetitif dan rencana permainan tetap dikerjakan dengan matang. Romero juga menilai bahwa pelatih mampu membangun kekompakan, meski di lapangan ide-ide taktisnya belum sepenuhnya berbuah hasil konsisten.
Dukungan internal ini menjadi semacam penyeimbang di tengah gosip “pemecatan” yang kian santer. Namun pada akhirnya, keputusan berada di tangan manajemen—yang tentu menimbang aspek finansial, citra klub, dan tekanan suporter yang semakin vokal mengkritik.
Calon Pengganti Mencuat: Thomas Frank di Radar Spurs
Apabila keputusan memang mengerucut pada pemecatan, kabar terakhir menyebut Manajer Brentford, Thomas Frank, menjadi kandidat utama untuk menggantikan Postecoglou. Frank dikenal dengan gaya kepemimpinan yang pragmatis, memaksimalkan kekuatan skuad Brentford yang relatif minim anggaran saat ini malah bersaing ketat di papan atas klasemen.
Kepopuleran Frank semakin melejit merujuk pada musim lalu saat Brentford memainkan sepak bola atraktif namun disiplin—mirip light-touch yang dibawa Postecoglou. Namun, manajemen Tottenham dikabarkan memandang Frank sebagai figur yang lebih stabil menghadapi tekanan Premier League, di mana konsistensi poin per laga menjadi kunci. Jika tercapai, penunjukan Frank bisa diartikan sebagai upaya Spurs kembali ke filosofi “hasil dulu, gaya kemudian.”
Prospek dan Dampak ke Depan
Kendati spekulasi kian menggema, keputusan resmi baru akan diumumkan minggu depan. Banyak pihak bertanya-tanya: apakah pergantian pelatih akan segera menghapus masalah konsistensi performa di liga? Atau justru menimbulkan dinamika baru yang memecah fokus pemain menjelang musim berikutnya? Bakal Pecat Ange Postecoglou
Dampak terburuk kalau hingga klub benar-benar menyingkirkan Postecoglou adalah potensi kegagalan beradaptasi dengan manajer baru. Musim depan, Spurs dipastikan tampil di Liga Europa sebagai juara tropi, namun target Liga Champions tetap menunggu. Di titik ini, manajemen harus memikirkan ulang strategi jangka panjang—apakah fokus meracik kembali skuad muda yang berpotensi, atau mencari eks pemain bintang untuk menjadi jaminan instan.
Bagi para suporter, perasaan campur aduk mungkin adalah hal yang sudah biasa. Mereka tahu betul bahwa di sepak bola modern, loyalitas pemain dan pelatih kerap diuji oleh tuntutan hasil. Apapun putusan pada akhirnya, Spurs harus segera menemukan upaya terbaik agar tak tercoreng reputasi sebagai “tim papan atas yang menghilang” dan justru membalikkan keadaan di musim mendatang.
Secara umum, kisah Tottenham Hotspur musim ini menunjukkan betapa tipisnya garis antara euforia juara Eropa dan tekanan di liga domestik. Memilih untuk memecat atau mempertahankan Postecoglou berarti memilih jalan yang berisiko tinggi—entah risiko kegagalan demi konsistensi, atau risiko mempertahankan visi jangka panjang di tengah kekecewaan suporter. Waktu akan menjawab langkah yang diambil Levy dan jajaran direksi, sementara publik hanya menunggu—siapa sebenarnya yang pantas memegang kendali Spurs selanjutnya?